PUISI AYU HANSAH



MAKHLUK BERNAMA INSPIRASI


ideku mengambang tidak karuan

begitu tawar tak sanggup untuk kuundang
begitu khianat meninggalkanku dalam bimbang


aku tak punya kata di sini begitu pun bunyi-bunyi bahasa yang tiba-tiba berhenti berdenting
jadi hening

aku melihanya meloncat
memantul berkali-kali

pelan-pelan bersembunyi di balik tembol kamus tebal kosa kata
memanggil-manggil dengan lirih
mengajakku bermain seperti masa kanak-kanak

atau berlari mengejar seperti cinta yang remaja

haruskah aku yang mengalah?

tiba-tiba ia menyentak resah
keluar dari balik kisah dan peristiwa

membelaiku ketika marah bergeser ke sisi bergelayut manja
aku pun tertawa,
rupanya ia butuh untuk kutuliskan juga
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS



Catatan Hari Ini




wajah itu muncul di tengah majlis yang putih

ada yang aneh dengan hatiku, berguncang sedikit, tak sanggup menutupi rasa haru

ada kegembiraan yang meluap, ada rasa iba yang menguap

tapi kadang tak sanggup kubujuk ego, kuasa, angkuh diri

kepekaan pun timbul tenggelam mengumpatkan caci

begitu selang-seling dalam pendar warna-warni

tapi sekali lagi aku tak peduli

sedangkan senyum mengejek begitu saja sambil melangkah pergi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
Hari ini tanggal 22 Desember, tepat HARI IBU, teringat kembali ibuku dengan segala cinta, kebaikan, kasih sayang, dan kepeduliannya. Cintanya tak terbatas, kebaikannya tak terukur, kasih sayangnya tak berharap balas dan kepeduliannya mengharukan dada.



Lihat Kartu Ucapan Lainnya
(KapanLagi.com)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

"Tentang mereka yang acuh"

DIAM


kebisuannya membuatku tersentak marah
tanpa ekspresi dengan pandangan kosong
menatap hampa

kulihat sosoknya berdiri tepat di depan muka
namun kuyakin
pikirnya terbang entah kemana

haruskah kubangun tebing tinggi
mencurahkan hujan maki kata-kata
menghalaukan segala tegur sapa
melupakan hakikat diri yang sebenarnya

bingung aku tak sanggup bersikap
marahku
teriakku pada langit tak berhamba
tapi...
kusadari lagi,
tak patut aku mendendam sekian lama

Desember 2009
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
DEFINISI PUISI

Bagi Anda pecinta sastra khususnya puisi, suka menulis puisi tapi tak tahu apa itu puisi, silahkan intip beberapa definisi puisi yang telah kurangkum di bawah ini, karena pepatah mengatakan ”tak kenal maka tak sayang”, jika sudah terlanjur sayang tapi tak sanggup mengenali maka tak pernah ada kata terlambat, tinggal sedikit modal baca dan rajin cari sana-sini.
Definisi berikut diungkapkan oleh beberapa tokoh, sedangkan menurutku sendiri, secara garis besar puisi adalah bentuk karya sastra yang membentuk baris dan bait, ditampilkan secara indah, tidak bertele-tele, tepat sasaran dan bisa melukiskan perasaan penyairnya karena puisi adalah gambaran suasana hati yang jujur, bersih, meyakinkan, dan apa adanya.

Altenbernd (1970: 2)
Puisi adalah perumpaman pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of experience in metrical language).

Auden
Puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur (Kennedy, 1971: 331).

Clive Sansom
Puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional (1960: 6).

Dunton
Puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.

Edgar Allan Poe
Puisi merupaakan penjelmaan dan cita rasa penyairnya (1960: 8).

Herbert Spencer
Puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan (Sansom, 1960: 5).

Herman J. Waluyo
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyairnya secara imajinatif dan disusun dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (1987: 25).

James Reeves
Puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.

M. Taslim Ali
Puisi adalah gambaran getaran jiwa penyairnya. Dengan bahasa yang indah, penyair mengungkapkan apa yang dilihat, dialami, atau dirasakannya.

P. B. Shelley
Puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan (Blair dan Chandler, 1935: 4).

Samuel Jhonson
Puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali pada kedamaian (Tarigan, 1984: 5).

Samuel Taylor Coleridge
Puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah (1960: 5).

Shahnon Ahmad
Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (1978: 3 s.d. 4)

Slamet Muljana
Puisi merupakan bentuk kesusatraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya (1951: 58).

Thomas Carlyle
Puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal (Kennedy, 1971: 331).

Wirjosoedarmo
Puisi adalah karangan yang terikat oleh banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan), banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima, dan irama.

Wordsworth
Puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan (2002: 6).
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
PUSI-PUISI AYU HANSAH


ADA APA DENGAN MEREKA?


mereka dengan mata-mata yang mengasing
bicara meluap menggubah emosi
menyembunyikan kobaran api di dalam hati?
nampak pekat, berbusa-busa, mencengkram nadi

sikap mereka dingin tak menentu
tak peduli teriakan yang seolah menjadi jemu

aku makin tak mengerti
menggeleng kepala tak percaya
penuh tanya mengusap dada



DI SINI

di sini
dengan susah aku mengais kepingan hatiku
coba berteriak dalam teriak
mengaduh dalam aduh
menangis dalam tangis
mengelebat dalam lebat

di sini
aku dengan jiwa rapuh bertanya pada diam
tak ada canda dalam tawa
tak ada pujian dalam puja
tak ada senyuman dalam keriangan

dan di sini aku masih seorang diri
diam dalam sekam
mengeluh dalam peluh
merintih dalam pedih



JIWAKU

aku tak mengerti apa yang kucari
mencoba memunguti
serpihan kenangan yang masih tinggal: temaram
lampu setasiun tua dan asap yang mengabut
bersatu dengan udara

kukenang alur masa lalu
yang telah pergi membawa jiwaku
terbang entah kemana

angan sastra dan ketenangan pikiran
hilang, mengaduk hariku
makin tak tenang

tapi ia bukanlah satu-satunya alasan aku begini:
mencari, merasa, mengenang, menatap, dan peduli

aku masih mencari jiwa lain
dan menyelaminya
dengan sepenuh hati
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

TIPS MENULIS PUISI

Kadang kita suka bingung ketika tiba-tiba harus menulis puisi karena ide kadang tidak dengan sendirinya tetapi bolehlah kita memancing kata-kata, keluar dari tempurung kemalasan, dan mengajak imajinasi berlomba untuk menjaring kata-kata.

Ada anggapan bahwa kita harus menangis dulu sampai berdarah-darah untuk memancing keluar ide yang meletup-letup, tak sabar minta dituliskan, tetapi jika inspirasi sudah mentok, terbentur dengan minimnya gudang kata-kata, maka tak ada salahnya mencoba tipsku berikut ini:

1. Fokus pada masalah, hayati setiap perasaan, dan mulailah menulis secara perlahan.
2. Banyak membaca, karena dengan membaca bisa memperkaya kosa kata.
3. Jangan lewatkan momen terindah dalam hidupmu, abadikan lewat tulisan, karena kita
bisa belajar dari semua itu.
4. Buat coretan, jangan langsung berpikir untuk membuat isi tulisan yang indah, tulislah
apapun yang ingin kamu tulis, lepaskan diri dari teori hujan bahasa, ikuti kemanakah
hatimu bergerak. Setelah yakin dan mantap dengan tulisanmu, barulah mengedit.
5. Keluar dari ruangan. Dengan melihat sebuah objek, kadang ide bisa datang tanpa
diundang.
6. Belajar dari sang ahli. Kita bisa membaca contoh-contoh puisi yang sudah ada, ini bisa
memicu daya imajinasi dan kreatifitas kita dalam menulis, tapi ingat, bukan untuk
plagiat lho...!

Selamat mencoba ya....
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS



UNTUK FARIS
KEPONAKANKU YANG LUCU
SEMOGA PANJANG UMUR, SEHAT SELALU, TAMBAH PINTAR,
MENJADI ANAK YANG SOLEH
DAN YANG UTAMA: SEMOGA CEPAT JALAN YA....
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

SEMESTA AIR MATA


semestaku: semesta air mata
begitu akrab menyertai luka
tempat duka menetap
dan derita tumbuh subur beraneka
mata pun selalu basah
mengenang nyawa
yang hampir lepas sia-sia

semestaku biru
karena lebam jiwa
dinding-dinding tangisnya
makin kokoh saja

dan semestaku selalu bernyanyi
melagukan kesedihan yang tak pernah mati...

7-8 Desember 2009
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

PUISI-PUISI AYU HANSAH

DILEMA

aku terduduk sunyi di sini
meski sekelilingku riuh
dekapku dalam seribu kesunyian
dilemaku membayang-bayang
antara satu dua pilihan
antara jalan yang ke kiri dan yang ke kanan
aku mencari celah untuk segala kebenaran
tapi warna itu,
semakin kelabu dalam pandangan


KESEDIHAN ITU

hidup dan kesedihan itu
terbenam sudah di celah batu
bagai perahu di tengah lautan
lembah terjal dan pinggir hutan
karam tangis di ujung senja
sedang luka telah lama meraja


SEPANJANG HARI

setiap hari
lidahmu bergerak tanpa pernah terkunci
hati mengeras mata terasa tertutupi
menerawang dan hidup merasa kurang
ambisi tiada henti kau kejar
telinga mengeras ada rasa tak senang
dengki dan kebencian telah lama berakar


MENGGUGAT DIRI DI KACA


aku yang hanya puing-puing dari dermaga
manakala senja
menyendiri, meremah dan menghilang
kemana sepi yang dulu memayungi
hujan yang menusuk gigil di pipi
dan kemanakah senyuman
yang dulu berbagi nyali?
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1430 H



Lihat Kartu Ucapan Lainnya
(KapanLagi.com)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

BATOK YANG TAK BOTAK


Di suatu sore yang sederhana, menyebrangi rel dan jalan raya dengan mobil yang melintas garang. Dari sinilah cerita bermula, saat hamparan buah kelapa menghias di depan muka. Ini sama sekali bukan pantai, lengkap dengan terpal dan kursi panjang.

Kupesan kelapa langsung dari batoknya tanpa dituang ke dalam gelas, membayangkan daging kelapa muda yang legit, lembut dan manis. Terbayang kesegaran mengalir di kerongkongan, terbayar sudah rasa lelah setelah seharian penuh berjalan-jalan dan tentunya menghapus rasa penasaran, merasakan bagaimana meminum es kelapa langsung dari batoknya.

Ibu tua datang dengan dandanan ala lelaki; rambut cepak, kemeja lusuh dan celana pendek selutut. Membelah batok kelapa dengan kasar, mengerok dengan asal, dan terakhir menambahkan sebongkah es batu sekedar hiasan. Kemudian dihidangkan padaku yang sudah menanti dengan tak sabar.

Kutuangkan sirup vanila yang rasanya lebih mirip pemanis buatan atau lebih parah, bahan kimia! Kutelan daging kelapa muda mentah-mentah, berharap akan ada serutan yang banyak dari satu kelapa utuh, tapi… setelah airnya surut, baru kumengerti, betapa curang sang ibu yang berdandan ala lelaki. Daging kelapa dikeroknya sedikit saja dan sisanya masih menempel erat di dinding batok bagian dalam.

Penuh rasa kesal, kukerok dengan ujung sendok sampai ujungnya menjadi bengkok, kulakukan semua itu tepat di wajah sang pedagang yang rupanya tengah mengintaiku dari kejauhan, seolah ingin melihat bagaimana reaksiku atau mungkin melihat betapa dungunya aku, membeli satu kelapa utuh dengan dagingnya yang tak pernah utuh, karena begitulah yang terjadi pada semua kelapa yang disajikan langsung dengan batoknya, dibelah dengan kasar, dikerok dengan asal, dan terakhir ditambahkan sebongkah es batu sekedar untuk hiasan. Sisa daging kelapa muda yang masih menempel erat di dinding batok bagian dalam itu, tak akan rela untuk dibuangnya, melainkan akan dikeroknya kembali setelah pembeli pulang dan dijualnya secara eceran. Betapa senang ia melihat keterbatasan sang pembeli yang tak mungkin mengerok sendiri dengan sendok yang hampir patah.

Itulah asumsiku, mungkin juga suudzonku namun cukup beralasan, karena kusaksikan sendiri kumpulan batok kelapa yang menggunung di pinggir jalan dan kini jadi tempat lalat-lalat terbang dan bersarang, semunya mulus bersih telah dikerok sampai habis.

Aku menyeringai tajam dan tertawa penuh kemenangan seolah yakin benar akan taktik si pedagang. Kuobok-obok isi batok dan kukerok sendiri dagingnya dengan kuku-kukuku yang tak tajam. Sia-sia memang tapi itu bukan karena aku lapar melainkan bentuk protesku…

Tapi rasa bersalah muncul tiba-tiba, membiarkan pembeli eceran memakan sisa-sisa daging kelapaku yang telah dikerok kembali setelah aku pulang, rasa yang mungkin tak dimiliki oleh pedagang itu…

November 2009
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

SINOPSIS CERPEN

A. Cerpen “Pispot” karya Hamsad Rangkuti
Cerita berawal dari penangkapan seorang penjambret yang beraksi di tengah pasar. Bersama wanita pemilik kalung 15 gram yang menjadi korban penjambretan, tokoh aku, petugas pasar, dan beberapa polisi akhirnya penjambret tersebut dibawa ke kantor polisi.
Di kantor polisi penjambret tersebut dipaksa untuk mengaku. Saat itulah tokoh aku mengadu pada polisi bahwa penjambret itu telah menelan kalung yang dijambretnya. Berkat keterangan tokoh aku inilah, maka polisi memaksa penjambret itu mengeluarkan kalung yang ditelannya. Penjambret itu menolak tetapi atas bujukan tokoh aku akhirnya penjambret itu mau menelan obat pencahar berupa larutan garam inggris, buah pepaya dan pisang untuk mengeluarkan kalung tersebut.
Melalui pispot, penjambret itu mengeluarkan kotorannya tetapi karena kalung milik wanita tidak diketemukan juga, maka akhirnya polisi membebaskan penjambret itu. Tokoh aku yang merasa sangat bersalah mengantarkan penjambret itu pulang ke rumahnya.
Setibanya di gang tempat tinggalnya, barulah penjambret itu mengaku bahwa memang benar ia telah menelan kalung 15 gram milik wanita itu. Ia terpaksa melakukannya karena saat itu ia sangat membutuhkan uang untuk mengobati anaknya yang sedang sakit, tetapi setiap kalung itu keluar ia langsung menelannya kembali. Kejadian itu terulang selama tiga kali hingga akhirnya ia dibebaskan karena polisi tidak dapat membuktikan kesalahannya.

B. Cerpen ‘Si Bongkok dari Seoul’ karya Kwon Taeung
Cerita berawal dari penggambaran tokoh aku yang sedang terkenang seorang wanita muda dan cantik yang berasal dari Ahyondong. Wanita inilah yang selama beberapa hari tinggal bersamanya di sebuah rumah mewah yang diakui tokoh aku sebagai miliknya.
Dalam suasana perang, tanpa sengaja mereka bertemu dan sama-sama bersembunyi di rumah tersebut hingga akhirnya wanita itu pergi meninggalkannya begitu saja setelah merasa berhasil menguasai rumah tersebut.
Ketika peperangan usai, akhirnya tokoh aku juga mulai meninggalkan rumah itu karena ia sadar bahwa pemilik rumah yang sebenarnya pasti akan kembali. Ia menuju ke gubuk kecilnya yang masih utuh tetapi di sana ia tidak menemukan anjing kecilnya yang bernama Willi. Karena itulah ia kembali ke tengah kota tetapi alangkah terkejutnya ia saat melewati rumah mewah yang sempat ditempatinya. Di depan rumah itu duduklah wanita dari Ahyondong bersama seorang lelaki yang sehat dan berotot, tidak bongkok seperti dirinya.
Tokoh aku merasa sangat sedih dan kecewa karena ia telah kehilangan anjing kecilnya dan dikhianati oleh wanita dari Ahyondong itu. Ia tak punya apa-apa lagi.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

KUMPULAN PUISI ANYER



KESENDIRIAN

aku mengumpulkan kulit kerang
sebagaimana aku menyulam serpihan kenangan

angin kencang
menderuku dari belakang

betapa keras ombak
mengejekku penuh kemenangan

kerinduan kutelan dan kumuntahkan
secara bersamaan
betapa curang waktu
tak membiarkanku lama bertahan

Anyer, Juli 2009



AKU IRI


aku iri, pada langit yang demikian terang memayungi samudra kala itu
aku iri, pada air penuh yang demikian bebas berkelana di pantai itu

Anyer, Juli 2009


TERHEMPAS

kuhempaskan diriku ke laut
sebagaimana ombak yang datang
menggulung batu-batu terjal

kulemparkan pikiran
sebagaimana nelayan
membuang jaring
membendung ikan-ikan

kutuangkan beban
yang selama ini menghimpitku
dengan kejam

tak peduli sekitar
yang semakin jauh
meninggalkanku ke belakang

aku terus maju
matahari pun mengiringiku
tanpa malu-malu

sekejap aku bisa
bernafas lega
terima kasih laut
telah berbagi rasa denganku

Anyer, Juli 2009



KERIANGAN ADIKKU

aku lihat adikku bercengkarama dengan laut
tak menghiraukan gelombang besar
yang menerjang

senyumnya lebar
begitu berani
menantang ombak yang datang

pekiknya lantang
dengan kaki telanjang
membentuk pasir berlubang-lubang

aku iri padanya
demikian riang
menikmati kebebasan

Anyer, Juli 2009


SELAMAT TINGGAL

birunya…
biru yang kurindukan
biru yang selalu kukenang

rasanya tak ingin pulang
bermain dengan ombak
menelan asin air garam
terhempas ke pasir
bercampur serpihan kerang

tapi aku harus pulang
berpamitan pada hari menjelang siang
pada langit terang
pada gelombang tak berkesudahan
pada angin kencang
pada ikan-ikan yang berenang
pada laut tenang
birunya…
birunya…

Anyer, Juli 2009
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

DEBAT BAHASA ANTARMAHASISWA SEJADEBOTABEK TAHUN 2006


TIGA DARI KANAN: AYU HANSAH, GIYANTI, DAN WILDAN MUBAROCK (PESERTA DEBAT DARI UNIVERSITAS PAKUAN-BOGOR)

Sumber: pusatbahasa.depdiknas.go.id

Debat Bahasa antarmahasiswa dalam rangka Bulan Bahasa dan Sastra 2006 yang dilaksanakan oleh Pusat Bahasa, Depdiknas, masuk putaran kedua. Pada putaran kedua ini yang menjadi tuan rumah adalah FKIP Universitas Pakuan, Bogor. Putaran kedua ini dibagi atas dua sesi. Sesi pertama topiknya adalah, “Penggunaan Bahasa Indonesia di Tempat Umum, Perlu atau Tidak?” dan sesi kedua topiknya adalah, “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional, Mungkin atau Tidak?”
Isi Berita:

Debat sesi pertama yang diikuti oleh Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, dan Universitas Pakuan, Bogor kurang “bertenaga”. Kelihatannya ketiga kelompok kurang menguasai masalah yang diperdebatkan. Istilah “tempat umum” (penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum) ditanggapi berbeda-beda sehingga permasalahan tidak terfokus.

Debat ini menghangat pada sesi kedua, yakni ketika perdebatan mengarah pada masalah mungkinkah bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Kelompok A (Universitas Pakuan, Bogor) dengan jelas dan lantang mengatakan tidak mungkin, alasannya adalah ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi ketika sebuah bahasa itu dijadikan bahasa Internasional. Persyaratan itu, antara lain, bahasa itu sudah dikenal di dunia internasional, ekonomi negara asal bahasa itu kuat, ipteknya kuat, dan militernya kuat. Di samping Indonesia tidak memenuhi persyaratan itu, bagaimana mungkin bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sedangkan masyarakatnya saja malu berbahasa Indonesia dan sangat bangga menggunakan bahasa Inggris/asing? Kelompok A memberi contoh pemakaian bahasa di pusat kota Jakarta dan kota besar lainnya, seperti penamaan gedung-gedung bertingkat, hotel, dan pusat perbelanjaan, hampir semua menggunakan nama asing. Begitupun kaum intelektual bangsa ini, sering sekali mencampurkan bahasanya dengan bahasa Inggris/asing.

Pernyataan kelompok A ini didebat oleh kelompok B (STKIP Budhi Rangkasbitung) yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia punya potensi untuk menjadi bahasa internasional. Alasan yang mendasarinya, antara lain, bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, menjadi pemersatu bangsa Indonesia, bersifat dinamis, sedang berkembang, dan mudah dicerna. Alur yang melanggengkannya, antara lain, Indonesia kaya ragam budaya (bahasa dan budaya merupakan dua unsur yang tak terpisahkan) dan hal ini menarik bagi negara lain, adanya era globalisasi, adanya internet (yang memungkinkan Indonesia terpublikasi ke dunia internasional), dan adanya kerja sama pemerintah dengan negara lain dalam perdagangan (saling mengambil manfaat).

Sayangnya, penyangkalan kelompok B terhadap kelompok A tidak disertai contoh-contoh yang memadai sehingga alasan itu lebih merupakan retorika atau angan-angan/harapan saja.

Kelompok C (Universitas Indonesia) yang duduk dibangku netral berpendapat bahwa bahasa Indonesia bisa diwujudkan sebagai bahasa internasional, tetapi membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Alasan yang dikemukakan, antara lain, Indonesia harus mengubah dan mengembangkan kepribadian bangsa dulu, lebih cinta dan bangga menggunakan bahasa Indonesia, dan menata keadaan internal bahasa Indonesia itu sendiri, sebagai bahasa yang layak secara internasional. Nah!

Satu hal lagi, yang membuat kelompok A merasa pernyataannya mendekati kebenaran adalah pernyataan narasumber (Dr. Sugiono, Pusat Bahasa) yang mengatakan bahwa jangan bicara bahasa Indonesia jadi bahasa internasional dulu. Masalahnya sekarang adalah apakah pada akhir abad ini bahasa Indonesia masih ada, masih digunakan?

Jadi, benarkah bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional hanya mimpi???
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS
BERONTAK

Perasaanku,
adalah gelombang besar yang terlepas dari lautnya
menghempas tajam
menubruk dinding pepohonan
riuhmu didengungkan
tapi aku tak peduli
coba melempar, batu, kail, sampan
berteriak menembus kebisuan
menjauh pada keangkuhan
karena aku tak ingin terinjak, terhempas dan tertingal
maka cibiran,
kuanggap menjadi angin lalu
menjauh, mengerang, dan menghilang
dan aku semakin paham
bagaimana harus bertindak dan berjuang!

November 2009
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

PELAJARAN BERHARGA UNTUK KRISTAL

Oleh: Ayu Hansah, S. Pd.

Kristal sedang bahagia sekali karena papanya baru saja membelikan ia hp merk terkenal keluaran terbaru. Di sekolahnya mungkin baru ia saja yang memilikinya.
Linda : ”Wah, hp baru ya, bagus sekali!”
Kristal : ”Iya dong… kameranya saja lima mega piksel, ada MP4, 3G dan internetnya
juga lho!”
Linda : ”Keren… pasti harganya mahal ya?”
Kristal : ”Ya… kalau untuk membeli hp yang sedang kamu pegang kira-kira bisa dapat
lima biji.”
Linda : ”Maksudmu?”
Kristal : ”Oh sudah lupakan saja. Supirku sudah datang tuh, oke sampai nanti ya.”

Kristal selalu memamerkan hp tersebut di depan teman-temannya tapi ketika ada seorang teman sekelasnya membeli hp baru yang lebih canggih dan lebih mahal harganya ia menjadi sangat iri.
Kristal : ”Pa, pokoknya aku mau ganti hp!”
Papa : ”Lho, bukankah hp yang minggu kemarin papa belikan masih bagus?”
Kristal : ”Sekarang ini zamannya blackberry Pa, hp yang kemarin papa belikan
modelnya sudah ketinggalan zaman!”
Papa : ”Papa bukannya pelit, Nak. Tapi sekarang bisnis papa sedang menurun jadi
untuk sementara kamu pakai saja hp yang itu dulu.”
Kristal : ”Pokoknya Kristal tidak mau pakai hp ini lagi, Pa. Kristal sudah bosan
lagipula Kristal ’kan malu, teman-teman Kristal sekarang semua pakai
blackberry!”
Papa : ”Tidak usah meniru teman-temanmu, apa adanya saja.”
Kristal : ”Sudahlah, Kristal tidak mau dengar ucapan Papa lagi!” (Masuk ke dalam
kamar dan membanting pintu kamar)

Sepulang sekolah…
Linda : ”Eh serius nih, kamu yang traktir?”
Kristal : ”Iya tenang saja, pokoknya semua aku yang traktir.”
Dewi : ”Wah sering-sering saja begini, bisa gemuk aku he… he…”
Linda : ”Eh ngomong-ngomong, hpmu baru lagi ya?”
Dewi : ”Iya, bukankah yang kemarin juga masih baru?”
Kristal : (Berbohong) ”Papaku membelikan lagi untukku, ya sudah kuterima saja.”
Dwi : ”Aduh… enak sekali ya jadi anak pengusaha kaya, bisa gonta-ganti hp kapan
saja.”
Linda : ”Eh Wi, sudah sore nih, kita ’kan mau ke toko buku dulu.”
Dwi : ”Oh iya lupa. Eh Kris, aku dan Linda mau cari buku dulu, kamu mau ikut
nggak?.”
Kristal : ”Ah tidak. Sudah kalian duluan saja, aku mau pulang dengan supirku.”
Dewi : ”Ya sudah, kami duluan ya. Terima kasih atas traktirannya.”

Hampir satu jam Kristal menunggu tapi supir pribadinya tidak kunjung datang, saat ditelepon hpnya juga tidak aktif, akhirnya ia menelpon papanya.
Papa : ”Halo Kristal kamu di mana?”
Kristal : ”Masih di kafe, Pa.”
Papa : ”Apa? Di kafe? Kamu itu ya, kerjanya cuma menghambur-hamburkan uang Papa. ”
Kristal : (Mengalihkan pembicaraan) ”Mana supir kesayangan Papa, jam segini kok
belum datang juga sih!”
Papa : ”Jadi Pak Wira belum datang?”

Kristal : ”Iya! Payah sekali supir Papa itu, sebaiknya pecat saja, Pa!”
Papa : ”Mungkin mobilnya terjebak macet atau bannya pecah. Kamu sudah coba
telepon dia?”
Kristal : ”Sudah Pa, tapi hpnya tidak aktif. Bagaimana kalau Papa saja yang jemput
Kristal sekarang?”
Papa : ”Tidak bisa Kristal, Papa masih banyak kerjaan. Kamu naik taxi saja ya,
duit dari papa masih ada ’kan?”
Kristal : ”Ah Papa ini bagaimana sih! Kristal ’kan tidak biasa naik taxi Pa.”
Papa : ”Untuk kali ini saja Nak, yang penting kamu bisa sampai di rumah dengan
selamat.”
Kristal : ”Baiklah, Pa.”
Papa : ”Nah itu baru putri Papa.”

Kristal terpaksa menuruti perintah papanya untuk pulang dengan taxi, ketika ia hendak mencari taxi tiba-tiba ia teringat kalau uang jajannya selama sebulan sudah ludes Ia sudah tidak punya simpanan di ATM. Saat itu ia hanya pegang dua ribu rupiah kembali dari kafe. Ingin ia sekali menelepon Papanya kembali tapi ia mengurungkan niat itu karena jika Papanya tahu ia telah menghabiskan uang untuk membeli hp baru dan menraktir teman-temannya maka Papanya akan sangat marah dan tidak akan memberikan uang jajan lagi untuknya. Akhirnya dengan berat hati Kristal memutuskan untuk naik bus. Cukup lama ia menunggu akhirnya sebuah bus dengan sarat penumpang datang. Karena takut kemalaman Kristal terpaksa menaiki bus tersebut. Ia berdiri di antara orang-orang tak dikenal. Ia sama sekali tidak menyadari kalau salah satu dari mereka sedang mengincar tasnya.

Papa : ”Aduuuh… cukup tidak ya, uang dua ribu ini?” (Bertanya dalam hati).
Kernet : ”Heh Neng, cepat bayar!”
Kristal : (Mengambil uang dari saku seragamnya) ”Ini Bang.”
Kernet : ”Apaan ini! Dandanan keren tapi bayarnya cuma dua ribu perak, cepat tambah
lagi!”
Kristal : ”Lho, memangnya berapa ongkos bus ini?”
Kernet : ”Lima ribu!”
Kristal : ”Hah! Lima ribu?”
Kernet : ”Iya. Ayo cepat bayar!”

Kristal memeriksa dompetnya kembali berharap masih ada sisa uang di sana tapi hasilnya nihil. Ketika ia hendak memasukkan kembali dompetnya ke dalam tas, ia baru sadar kalau tasnya sudah robek akibat sayatan pisau dan hp barunya sudah lenyap entah kemana.
Kristal : ”Aduuuh… di mana hpku?!”
Kernet : ”Heh, Neng mana tiga ribu lagi?”
Kristal : ”Maaf Bang, saya sudah tidak punya uang lagi dan sekarang hp saya
hilang!” (Mengusap air mata).
Kernet : ”Alah… jangan pura-pura kamu, bilang saja kamu tidak mau bayar!”
Kristal : ”Benar Bang, saya tidak bohong.”
Kernet : ”Kalau tidak punya uang kenapa naik? Cepat turun dari sini!”
Kristal : (Memohon) ”Tolong… jangan turunkan saya Bang, rumah saya masih jauh.”
Kernet : ”Itu bukan urusan gue, sudah sana cepat turun!”

Kernet itu mendorong tubuh Kristal dengan kasar ke luar bus. Hari semakin malam, Kristal hanya bisa menangis di pinggir jalan, uangnya sudah habis sehingga ia tidak bisa pulang. Ia ingin menelepon Papanya tapi hp yang baru saja dibelinya kini sudah diambil oleh pencopet. Akhirnya ia pulang dengan berjalan kaki sambil menyesali perbuatannya.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

RAHASIA DI BALIK TANGISAN

Mereka lewat lagi. Entah sudah yang keberapa kali? Sering kutemui mereka setiap kali menaiki kereta tujuan Bogor saat berangkat atau pulang kuliah. Seperti biasa, semua mata langsung tertuju pada mereka. Perasaan iba bercampur haru muncul seketika. Aku segera merogoh kantong baju untuk mengambil uang receh.
Mereka lewat lagi. Lantai gerbong terlihat cukup bersih. Bersama itu pula tangis menggema di sepanjang gerbong. Begitu memilukan sekaligus membuat penasaran. Apakah yang membuat gadis kecil itu menangis? Apakah luka dikakinya demikian sakit? Mengapa luka itu tak jua sembuh kendati sudah diperban dan diberi obat merah hampir setiap hari?
Mereka lewat lagi. Pertanyaan lain muncul dari mulut seorang ibu yang duduk di hadapanku.
“Mengapa gak cari kerja yang lain aja sih?!”
“Iya, jadi pembantu kek, jualan apa kek, daripada kaya gitu!” Temannya menimpali.
Aku menghela nafas. Mencoba bertahan hingga tangis gadis kecil itu kian samar dan akhirnya benar-benar hilang di balik gerbong sebelah.
Umpatan-umpatan sinis masih terdengar. Erasaan iba dan haru masih tersisa. Terbayang adik kecilku di rumah yang manja dan penuh keceriaan. Usianya sebaya dengan gadis kecil tadi. Berada dalam gendongan ibunya, seorang penyapu gerbong. Telapak kaki gadi kecil itu diperban kain kasa yang tak lagi berwarna putih karena telah dibasahi obat merah.
Di sisi lain muncul kecurigaan dalam benakku. Benarkah ada luka yang cukup parah di balik perban itu? Karena seperti yang kulihat di sebuah tayangan televisi, cukup banyak pengemis yang membuat luka tiruan di tubuhnya lalu mengemis di jalan-jalan. Mereka sengaja melakukan hal itu untuk menarik perhatian dan simpati orang. Mereka bia kita temui di pinggir trotoar, di sekitar lampu merah, di tangga-tangga jembatan penyebrangan, di emperan toko, dan tak usah jauh-jauh di depan loket stasiun, di sekitar peron, dan di dalam gerbong kereta.
Tetapi wanita yang satu ini lain daripada yang lain. Tubuhnya nyaris tenggelam di balik kaus oblongnya yang lusuh dan dekil. Rambutnya dikuncir dengan karet gelang. Keringat bercucuran di kening dan di lehernya. Raut wajahnya begitu memelas. Tangan kanannya memgang sebuah sapu lidi berukuran mini. Ya dialah penyapu gerbong yang berpindah dari satu kereta ke kereta lainnya. . atau dengan kata lain ‘pengemis’ yang berdalih sebagai penyapu gerbong demi mendapat sepeser uang dari para penumpang.
Yang lebih unik lagi, wanita itu tidak sendirian. Ada seorang gadis kecil yang berada dalam gendongannya sambil meronta-ronta. Tangisnya yang begitu memilukan mengundang iba di hati para penumpang, sehingga mereka rela menjatuhkan koinnya di atas telapak tangan wanita itu.
Karena dianggap mujarab, taktik tersebut tetap dipertahankan oleh wanita itu setiap ia memasuki gerbong. Luka di telapak kaki anaknya mungkin bisa saja direkayasa sedemikian rupa hingga terlihat asli. Tetapi bagaimana dengan tangis kencang dan erangan yang keluar dari bibir si kecil?
Hal itulah yang membuatku penasaran. Apakah gadis kecil yang sebaya dengan adiku itu benar-benar menangis karena luka yang dideritanya? Mengapa sang ibu tega membiarkan si anak meronta kesakitan dalam gendongannya? Bahkan sepertinya ia senang memanfaatkan derita anaknya itu untuk menarik perhatian dan simpati para penumpang.
Hingga suatu hari tanpa sengaja aku menapat jawaban atas semua pertanyaanku. Sebuah pemandangan yang memilukan nampak di hadapanku.
Wanita berkaos oblong yang lusuh dan dekil itu perlahan mendekat ke arahku. Wanita yang selama ini selalu mengundang iba dan haru di dalam batinku. Wanita yang menyapu gerbong demi gerbong sambil menggendong gadis kecil yang tak berdosa.
Seperti biasa tangis gadis kecil itu akan surut ketika tiba di ujung gerbong. Dari bangku kereta aku menyaksikan mereka dengan seksama. Menunggu peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Peristiwa yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
Mereka lewat di hadapanku untuk pindah ke gerbong sebelah. Tangis gadis kecil yang berambut agak pirag itu terdengar lagi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Padahal tadi tangisnya sempat merendah. Tubuhnya meronta-ronta menahan sakit. Rupanya itu tidak lain dan tidak bukan karena si ibu sengaja menghantamkan luka si anak pada sebuah besi di antara sambungan kereta. Kejam sekali!
Percaya atau tidak. Peristiwa yang berlangsung sekian detik itu terjadi di depan mataku. Aku spontan mengumpat perbuatan wanita itu. Perasaan iba dan simpatiku selama ini berubah menjadi perasaan geram dan muak. Pertanyaan baru muncul, yaitu mengapa ia begitu tega melakukan hal itu pada anaknya demi mendapatkan sepeser uang? Gadis kecil itu benar-benar anaknya atau bukan? Kalau memang anaknya mengapa ada seorang ibu yang demikian tega?
Kekecewaanku semakin bertambah, ketika tanpa sengaja aku berpapasan dengan wanita itu. Aku kaget melihat dia berpenampilan lain dari yang biasanya. Pakaiannya rapih dan licin. Rambutnya dibiarkan tergerai. Wajahnya dihiasi bedak dan lipstik. Dia melangkah sendirian sambil menenteng kantung plastik. Pulang belanja sepertinya. Tidak ada lagi gadis kecil dalam gendongannya yang senantiasa meronta-ronta sambil menahan sakit luar biasa.

(Kenangan semasa kuliah)
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

AKU INGIN MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA

Saya salut dengan Ustad Anismata, begitu pandai menyelami hati wanita, seolah ia merasakan sendiri setiap tetes airmata dan ketulusan yang dituangkannya dalam cerita, tanpa sadar saya menangis ketika membacanya, berkaca pada diri, memandang hitam putih di dalam hati...

"De'... de'... Selamat Ulang Tahun..." bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku. "Hmm..." aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.

Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku.

Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me.... Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resort di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.

Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku.. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

"Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.
Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur.. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya de?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya.. Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku. "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat.

Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri. "Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas . Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... .
Oleh; Ust Anismata
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

AIR MATA

aku datang
pada tempat terakhir
melewati lapangan parkir
menembus gerimis yang getir

tangis dan mata-mata yang berkaca
menyambutku dengan pelukan hangat
menyentuh jiwa

sore itu semakin pucat tanpa tawa
kuhadapkan wajah
menyelingi waktu besuk yang hampir tiba

setelah itu, kulihat sosoknya
teronggok tak berdaya
dan sekali lagi,
mengalirlah bulir-bulir air mata

doa-doa pun berguguran
mengiringi bekas luka,
lebam wajah dan remuk tulang yang menderita

kasihi dia ya Allah
pulihkan ia dengan obat-Mu
yang paling mujarab sepanjang masa

Kota Hujan, 17 November 2009

Puisi ini kupersembahkan untuk muridku Habibah... semoga lekas sembuh!
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

YANG TELAH PERGI


kemanakah hawa dingin di waktu itu
yang menggelayut pada malammu

kemanakah kenangan
yang terpantul menjadi satu
pada kedua bola matamu

dan harus kemana lagi kucari
seluas cakrawala ikut bertepi
menghantar luka
kepergianmu…
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

TENTANG MASA DEPAN


langit setelah hujan
mengabarkan
masih ada mimpi tersimpan
mimpi untuk masa depan

bunga-bunga yang basah
tak lagi gelisah
membawa kisah
masa depan yang indah
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

GO BLOG BIAR GA GOBLOG


Malam hari di temani udara dingin dengan sang guru yang super ahli...blog pertamaku akhirnya lahir juga, oek...oek.... tererengkyu...
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS