PELAJARAN BERHARGA UNTUK KRISTAL

Oleh: Ayu Hansah, S. Pd.

Kristal sedang bahagia sekali karena papanya baru saja membelikan ia hp merk terkenal keluaran terbaru. Di sekolahnya mungkin baru ia saja yang memilikinya.
Linda : ”Wah, hp baru ya, bagus sekali!”
Kristal : ”Iya dong… kameranya saja lima mega piksel, ada MP4, 3G dan internetnya
juga lho!”
Linda : ”Keren… pasti harganya mahal ya?”
Kristal : ”Ya… kalau untuk membeli hp yang sedang kamu pegang kira-kira bisa dapat
lima biji.”
Linda : ”Maksudmu?”
Kristal : ”Oh sudah lupakan saja. Supirku sudah datang tuh, oke sampai nanti ya.”

Kristal selalu memamerkan hp tersebut di depan teman-temannya tapi ketika ada seorang teman sekelasnya membeli hp baru yang lebih canggih dan lebih mahal harganya ia menjadi sangat iri.
Kristal : ”Pa, pokoknya aku mau ganti hp!”
Papa : ”Lho, bukankah hp yang minggu kemarin papa belikan masih bagus?”
Kristal : ”Sekarang ini zamannya blackberry Pa, hp yang kemarin papa belikan
modelnya sudah ketinggalan zaman!”
Papa : ”Papa bukannya pelit, Nak. Tapi sekarang bisnis papa sedang menurun jadi
untuk sementara kamu pakai saja hp yang itu dulu.”
Kristal : ”Pokoknya Kristal tidak mau pakai hp ini lagi, Pa. Kristal sudah bosan
lagipula Kristal ’kan malu, teman-teman Kristal sekarang semua pakai
blackberry!”
Papa : ”Tidak usah meniru teman-temanmu, apa adanya saja.”
Kristal : ”Sudahlah, Kristal tidak mau dengar ucapan Papa lagi!” (Masuk ke dalam
kamar dan membanting pintu kamar)

Sepulang sekolah…
Linda : ”Eh serius nih, kamu yang traktir?”
Kristal : ”Iya tenang saja, pokoknya semua aku yang traktir.”
Dewi : ”Wah sering-sering saja begini, bisa gemuk aku he… he…”
Linda : ”Eh ngomong-ngomong, hpmu baru lagi ya?”
Dewi : ”Iya, bukankah yang kemarin juga masih baru?”
Kristal : (Berbohong) ”Papaku membelikan lagi untukku, ya sudah kuterima saja.”
Dwi : ”Aduh… enak sekali ya jadi anak pengusaha kaya, bisa gonta-ganti hp kapan
saja.”
Linda : ”Eh Wi, sudah sore nih, kita ’kan mau ke toko buku dulu.”
Dwi : ”Oh iya lupa. Eh Kris, aku dan Linda mau cari buku dulu, kamu mau ikut
nggak?.”
Kristal : ”Ah tidak. Sudah kalian duluan saja, aku mau pulang dengan supirku.”
Dewi : ”Ya sudah, kami duluan ya. Terima kasih atas traktirannya.”

Hampir satu jam Kristal menunggu tapi supir pribadinya tidak kunjung datang, saat ditelepon hpnya juga tidak aktif, akhirnya ia menelpon papanya.
Papa : ”Halo Kristal kamu di mana?”
Kristal : ”Masih di kafe, Pa.”
Papa : ”Apa? Di kafe? Kamu itu ya, kerjanya cuma menghambur-hamburkan uang Papa. ”
Kristal : (Mengalihkan pembicaraan) ”Mana supir kesayangan Papa, jam segini kok
belum datang juga sih!”
Papa : ”Jadi Pak Wira belum datang?”

Kristal : ”Iya! Payah sekali supir Papa itu, sebaiknya pecat saja, Pa!”
Papa : ”Mungkin mobilnya terjebak macet atau bannya pecah. Kamu sudah coba
telepon dia?”
Kristal : ”Sudah Pa, tapi hpnya tidak aktif. Bagaimana kalau Papa saja yang jemput
Kristal sekarang?”
Papa : ”Tidak bisa Kristal, Papa masih banyak kerjaan. Kamu naik taxi saja ya,
duit dari papa masih ada ’kan?”
Kristal : ”Ah Papa ini bagaimana sih! Kristal ’kan tidak biasa naik taxi Pa.”
Papa : ”Untuk kali ini saja Nak, yang penting kamu bisa sampai di rumah dengan
selamat.”
Kristal : ”Baiklah, Pa.”
Papa : ”Nah itu baru putri Papa.”

Kristal terpaksa menuruti perintah papanya untuk pulang dengan taxi, ketika ia hendak mencari taxi tiba-tiba ia teringat kalau uang jajannya selama sebulan sudah ludes Ia sudah tidak punya simpanan di ATM. Saat itu ia hanya pegang dua ribu rupiah kembali dari kafe. Ingin ia sekali menelepon Papanya kembali tapi ia mengurungkan niat itu karena jika Papanya tahu ia telah menghabiskan uang untuk membeli hp baru dan menraktir teman-temannya maka Papanya akan sangat marah dan tidak akan memberikan uang jajan lagi untuknya. Akhirnya dengan berat hati Kristal memutuskan untuk naik bus. Cukup lama ia menunggu akhirnya sebuah bus dengan sarat penumpang datang. Karena takut kemalaman Kristal terpaksa menaiki bus tersebut. Ia berdiri di antara orang-orang tak dikenal. Ia sama sekali tidak menyadari kalau salah satu dari mereka sedang mengincar tasnya.

Papa : ”Aduuuh… cukup tidak ya, uang dua ribu ini?” (Bertanya dalam hati).
Kernet : ”Heh Neng, cepat bayar!”
Kristal : (Mengambil uang dari saku seragamnya) ”Ini Bang.”
Kernet : ”Apaan ini! Dandanan keren tapi bayarnya cuma dua ribu perak, cepat tambah
lagi!”
Kristal : ”Lho, memangnya berapa ongkos bus ini?”
Kernet : ”Lima ribu!”
Kristal : ”Hah! Lima ribu?”
Kernet : ”Iya. Ayo cepat bayar!”

Kristal memeriksa dompetnya kembali berharap masih ada sisa uang di sana tapi hasilnya nihil. Ketika ia hendak memasukkan kembali dompetnya ke dalam tas, ia baru sadar kalau tasnya sudah robek akibat sayatan pisau dan hp barunya sudah lenyap entah kemana.
Kristal : ”Aduuuh… di mana hpku?!”
Kernet : ”Heh, Neng mana tiga ribu lagi?”
Kristal : ”Maaf Bang, saya sudah tidak punya uang lagi dan sekarang hp saya
hilang!” (Mengusap air mata).
Kernet : ”Alah… jangan pura-pura kamu, bilang saja kamu tidak mau bayar!”
Kristal : ”Benar Bang, saya tidak bohong.”
Kernet : ”Kalau tidak punya uang kenapa naik? Cepat turun dari sini!”
Kristal : (Memohon) ”Tolong… jangan turunkan saya Bang, rumah saya masih jauh.”
Kernet : ”Itu bukan urusan gue, sudah sana cepat turun!”

Kernet itu mendorong tubuh Kristal dengan kasar ke luar bus. Hari semakin malam, Kristal hanya bisa menangis di pinggir jalan, uangnya sudah habis sehingga ia tidak bisa pulang. Ia ingin menelepon Papanya tapi hp yang baru saja dibelinya kini sudah diambil oleh pencopet. Akhirnya ia pulang dengan berjalan kaki sambil menyesali perbuatannya.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "PELAJARAN BERHARGA UNTUK KRISTAL"