PUSI-PUISI AYU HANSAH
ADA APA DENGAN MEREKA?
mereka dengan mata-mata yang mengasing
bicara meluap menggubah emosi
menyembunyikan kobaran api di dalam hati?
nampak pekat, berbusa-busa, mencengkram nadi
sikap mereka dingin tak menentu
tak peduli teriakan yang seolah menjadi jemu
aku makin tak mengerti
menggeleng kepala tak percaya
penuh tanya mengusap dada
DI SINI
di sini
dengan susah aku mengais kepingan hatiku
coba berteriak dalam teriak
mengaduh dalam aduh
menangis dalam tangis
mengelebat dalam lebat
di sini
aku dengan jiwa rapuh bertanya pada diam
tak ada canda dalam tawa
tak ada pujian dalam puja
tak ada senyuman dalam keriangan
dan di sini aku masih seorang diri
diam dalam sekam
mengeluh dalam peluh
merintih dalam pedih
JIWAKU
aku tak mengerti apa yang kucari
mencoba memunguti
serpihan kenangan yang masih tinggal: temaram
lampu setasiun tua dan asap yang mengabut
bersatu dengan udara
kukenang alur masa lalu
yang telah pergi membawa jiwaku
terbang entah kemana
angan sastra dan ketenangan pikiran
hilang, mengaduk hariku
makin tak tenang
tapi ia bukanlah satu-satunya alasan aku begini:
mencari, merasa, mengenang, menatap, dan peduli
aku masih mencari jiwa lain
dan menyelaminya
dengan sepenuh hati
ADA APA DENGAN MEREKA?
mereka dengan mata-mata yang mengasing
bicara meluap menggubah emosi
menyembunyikan kobaran api di dalam hati?
nampak pekat, berbusa-busa, mencengkram nadi
sikap mereka dingin tak menentu
tak peduli teriakan yang seolah menjadi jemu
aku makin tak mengerti
menggeleng kepala tak percaya
penuh tanya mengusap dada
DI SINI
di sini
dengan susah aku mengais kepingan hatiku
coba berteriak dalam teriak
mengaduh dalam aduh
menangis dalam tangis
mengelebat dalam lebat
di sini
aku dengan jiwa rapuh bertanya pada diam
tak ada canda dalam tawa
tak ada pujian dalam puja
tak ada senyuman dalam keriangan
dan di sini aku masih seorang diri
diam dalam sekam
mengeluh dalam peluh
merintih dalam pedih
JIWAKU
aku tak mengerti apa yang kucari
mencoba memunguti
serpihan kenangan yang masih tinggal: temaram
lampu setasiun tua dan asap yang mengabut
bersatu dengan udara
kukenang alur masa lalu
yang telah pergi membawa jiwaku
terbang entah kemana
angan sastra dan ketenangan pikiran
hilang, mengaduk hariku
makin tak tenang
tapi ia bukanlah satu-satunya alasan aku begini:
mencari, merasa, mengenang, menatap, dan peduli
aku masih mencari jiwa lain
dan menyelaminya
dengan sepenuh hati
0 Response to " "